Selamat Datang di Blog
AKBID HARAPAN BUNDA
BIMA
JOIN US AND BECOME THE PART OF THE BIG FAMILY OF AKBID HARAPAN BUNDA BIMA

Sabtu, 30 Oktober 2010

Tugas Komputer

Buatlah makalah dengan tema Pembelajaran Power Point. Diketik rapi dengan spasi 1.5. minimal 4 halaman.
Tugas tersebut dikirim via email ke : studentsjob_mm@yahoo.co.id Read More...

Jangan Sepelekan Benjolan Kecil


Jakarta, Kompas - Kendati tidak semua benjolan di payudara berbahaya, kewaspadaan tetap harus dilakukan. Sekecil apa pun, segera periksakan ke dokter untuk memastikan apakah benjolan tersebut merupakan kanker yang berbahaya atau bukan.
Pesan tersebut disampaikan dr Sutjipto dalam ceramahnya di depan sekitar 100 karyawan Kompas Gramedia di Jakarta, Kamis (28/10). Acara ini diadakan dalam rangka Bulan Peduli Kanker Payudara Sedunia.
Dalam ceramahnya, ”Jangan Anggap Sepele bila Ada Benjolan di Payudara”, Sutjipto mewanti-wanti agar pemeriksaan payudara secara berkala dilakukan, bahkan apabila seseorang tidak merasa mempunyai keluhan apa pun. Kelenjar susu yang berubah menjadi benjolan, misalnya, jangan dianggap sepele. Sebab, perjalanan kanker payudara memakan waktu yang cukup panjang sampai akhirnya berubah menjadi ganas.
Oleh karena itu, banyak pasien yang datang berobat ke dokter dalam keadaan sudah stadium lanjut. ”Bahkan, ada pasien yang datang dengan keluhan sakit lutut, lalu setelah diperiksa ternyata merupakan penyebaran dari kanker payudara,” kata onkolog yang juga Ketua Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta.
Sutjipto menyebut kanker payudara sebagai pembunuh diam-diam. Angka penderita kanker payudara dan juga kanker serviks termasuk yang terbesar di antara 10 jenis kanker. ”Yang memprihatinkan, dalam 10 tahun terakhir, jenis kanker ini cenderung menyerang penderita yang lebih muda. Kalau sebelumnya faktor risiko adalah di atas 30 tahun, kini banyak ditemukan penderita di usia 20-an tahun,” ujarnya.
Dalam banyak kasus, deteksi dini berhasil menyelamatkan pasien dari kematian akibat kanker. ”Penanganannya pun relatif lebih mudah dan lebih murah dibandingkan dengan penanganan kanker lanjut,” ujar Sutjipto. Hadir dalam ceramah tersebut, antara lain, Rima Melati, seorang survivor kanker yang hidup sehat setelah 21 tahun lalu terdeteksi kanker payudara. Rima Melati dalam kesempatan itu membagikan pengalamannya mengobati kanker.
Beberapa hal sejauh ini diyakini sebagai faktor risiko, seperti riwayat keluarga, haid pada usia yang sangat muda dan menopause sebelum usia 50 tahun, radiasi, tidak menikah, minum alkohol, kegemukan, serta terapi hormon dalam jangka waktu panjang. Begitu pula stres dan faktor genetik memengaruhi munculnya kanker.
Dalam kesempatan itu, Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta membagikan voucher untuk pemeriksaan mamografi. (RET) Read More...

Sabtu, 09 Oktober 2010

Akurasi USG Mengintip Genital Bayi



KOMPAS.com — Masa kehamilan trisemester kedua kehamilan adalah masa yang paling mendebarkan karena saat inilah jenis kelamin janin mulai terlihat. Calon ibu pun bisa "mengintip" apakah si bayi berjenis kelamin laki-laki atau perempuan berkat USG.

Jenis kelamin bayi pada umumnya mulai terlihat di usia kehamilan 18-20 minggu. Namun, jenis kelamin bayi baru bisa diintip jika si bayi mau bekerja sama. Dengan kata lain, posisinya tidak menutupi alat genitalnya. Meski terlihat pun terkadang gambarnya tidak begitu jelas.

Makin berpengalaman seorang dokter dalam menggunakan USG dan makin canggih kualitas mesin sonogram, makin akurat pula penilaian jenis kelamin bayi. Tapi, hal ini juga tidak menjamin hasilnya akan benar 100 persen, namanya juga taksiran, bisa saja meleset. Read More...