Jakarta, Kompas - Kendati tidak semua
benjolan di payudara berbahaya, kewaspadaan tetap harus dilakukan.
Sekecil apa pun, segera periksakan ke dokter untuk memastikan apakah
benjolan tersebut merupakan kanker yang berbahaya atau bukan.
Pesan tersebut disampaikan dr
Sutjipto dalam ceramahnya di depan sekitar 100 karyawan Kompas Gramedia
di Jakarta, Kamis (28/10). Acara ini diadakan dalam rangka Bulan Peduli
Kanker Payudara Sedunia.
Dalam ceramahnya, ”Jangan Anggap Sepele
bila Ada Benjolan di Payudara”, Sutjipto mewanti-wanti agar pemeriksaan
payudara secara berkala dilakukan, bahkan apabila seseorang tidak merasa
mempunyai keluhan apa pun. Kelenjar susu yang berubah menjadi benjolan,
misalnya, jangan dianggap sepele. Sebab, perjalanan kanker payudara
memakan waktu yang cukup panjang sampai akhirnya berubah menjadi ganas.
Oleh
karena itu, banyak pasien yang datang berobat ke dokter dalam keadaan
sudah stadium lanjut. ”Bahkan, ada pasien yang datang dengan keluhan
sakit lutut, lalu setelah diperiksa ternyata merupakan penyebaran dari
kanker payudara,” kata onkolog yang juga Ketua Yayasan Kesehatan
Payudara Jakarta.
Sutjipto menyebut kanker payudara sebagai
pembunuh diam-diam. Angka penderita kanker payudara dan juga kanker
serviks termasuk yang terbesar di antara 10 jenis kanker. ”Yang
memprihatinkan, dalam 10 tahun terakhir, jenis kanker ini cenderung
menyerang penderita yang lebih muda. Kalau sebelumnya faktor risiko
adalah di atas 30 tahun, kini banyak ditemukan penderita di usia 20-an
tahun,” ujarnya.
Dalam banyak kasus, deteksi dini berhasil
menyelamatkan pasien dari kematian akibat kanker. ”Penanganannya pun
relatif lebih mudah dan lebih murah dibandingkan dengan penanganan
kanker lanjut,” ujar Sutjipto. Hadir dalam ceramah tersebut, antara
lain, Rima Melati, seorang survivor kanker yang hidup sehat setelah 21
tahun lalu terdeteksi kanker payudara. Rima Melati dalam kesempatan itu
membagikan pengalamannya mengobati kanker.
Beberapa hal sejauh ini
diyakini sebagai faktor risiko, seperti riwayat keluarga, haid pada
usia yang sangat muda dan menopause sebelum usia 50 tahun, radiasi,
tidak menikah, minum alkohol, kegemukan, serta terapi hormon dalam
jangka waktu panjang. Begitu pula stres dan faktor genetik memengaruhi
munculnya kanker.
Dalam kesempatan itu, Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta membagikan voucher untuk pemeriksaan mamografi.
(RET)
Read More...